Sejarah Reog Ponorogo
VERSI BANTARANGIN
Pada zaman dahulu berdiri Kerajaan Bantarangin yang
berkuasa di barat Gunung Wilis. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Klono
Sewandana yang arif bijaksana. Pada suatu ketika, Kerajaan Kediri mengadakan
sayembara untuk mencarikan putri mahkota Dewi Songgolangit(Dewi Sekartaji atau
Galuh Candra Kirana) seorang suami. Berita tersebut cepat tersebar se-tanah
jawa karena Dewi Songgolangit memang cantik lahir dan batinnya. Namun karena
persyaratan sayembara yang sulit hanya tertinggal dua Raja yang bertahan yaitu
Prabu Singobarong dari Kerajaan Lodaya dan Prabu Kelana Suwandana sendiri.
Persyaratan itu berupa, calon suami Dewi Songgolangit ialah seorang yang
sanggup menciptakan tontonan menarik, berupa tari-tarian yang diiringi gamelan
dan bunyi-bunyian yang memikat hati. Diiringi 144 ekor kuda kembar dan
mempersembahkan seekor binatang berkepala dua yang dapat menari pula. Maksud
sebenarnya dari persyaratan-persyaratan tersebut, sang Putri ingin menolak
lamaran.
Di tengah perjalanan, tepatnya di perbatasan
Kerajaaan Lodaya dan Bantarangin, Prabu Klono Sewandono dicegat oleh Raja
Singabarong. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan
dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Klono Sewandono dan Wakilnya Bujang Anom,
dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya),
dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan, serta senjata Prabu cambuk samandiman.
. Dan sebagai akibat kecurangan tersebut Prabu
Singobarong yang berkepala Harimau dan di pundaknya bertengger burung Merak
berubah menjadi hewan berkepala dua. Lengkaplah syarat-syarat sayembara yang
sebelumnya Prabu Kelana Suwandana sudah mendapatkan 144 kuda kembar dan iringan
musik. Keinginan Dewi Songgolangit terkabul, Dia dipersunting oleh Prabu Kelana
Suwandana yang berhasil mendatangkan binatang berkepala dua, 144 kuda kembar,
gamelan, dan bunyi-bunyian yang memikat
hati.
Tokoh-tokoh dalam cerita :
1. Prabu Klonosewandono
2.
Bujangganong
3.
Warok
4.
Singobarong
5.
Dewi
Songgolangit
6.
Jathilan
7.
Proto
Kloro
8.
Proto
Jaya